Monday, December 10, 2007

Destiny Bag.2




Ringkasan cerita di posting yang lalu (Destiny Bag. 1):



Pada bagian satu telah diceritakan bahwa Anggi adalah sahabat Shinta, dimana Anggi sering curhat tentang Rama yaitu cowok yang dekat dengan dirinya saat ini. Hubungan antara Anggi dan Rama tidak bisa dikatakan sebagai pertemanan karena lebih kelihatan seperti sepasang kekasih, mesra dan selalu kompak. Dengan hubungan yang tanpa status itu, Anggi merasa terganggu karena Anggi tidak ingin kecewa atas perasaan yang sudah ada sejak dulu dalam hatinya, sedangkan Rama sampai detik ini belum pernah mengungkapkan perasaannya dan sepertinya tidak mau tau. Sehingga Shinta pun penasaran, ingin melihat Rama, cowok seperti apa yang telah membuat sahabatnya yang sulit jatuh cinta bisa luluh lantak dihadapan seorang Rama.



RSRSRS



“Shinta!“



Siapa yang memanggil aku ya? Kayanya jarang banget yang negur aku di toko buku ini. Shinta spontan melihat ke arah datangnya suara yang memanggil namanya dan ternyata ada seseorang yang sedang melihat ke Shinta dan tersenyum. Dan senyumannya itu senyuman yang sangat sulit Shinta lupakan sampai detik ini. Meskipun senyuman itu sudah hampir 8 tahun tidak nyata di depan mata Shinta, tetapi senyum itu masih melekat terus di memori Shinta dengan jelas seperti di SMA dulu.





Dengan gugup Shinta malah bertanya “Gusti… kamu... lagi ngapain?” Perasaan Shinta campur aduk, senang campur gugup Shinta menjawab teguran Gusti.



Perasaan memang tidak pernah berbohong, dia masih sayang Gusti, meskipun hubungan mereka tidak berakhir baik di SMA dulu. Pada saat itu… kelas tiga SMA, Gusti mengatakan bahwa Gusti ingin menjadi orang spesial Shinta, Shinta kaget sekali mendengarnya, karena Gusti sudah sejak lama menjadi sahabat Shinta, sejak satu SMA. Gusti perduli dan sayang Shinta, tetapi Shinta tidak berfikir yang lain. Shinta berfikir Gusti berbuat begitu karena mereka sahabat. Dan sayangnya, Shinta tidak membalas sebagaimana mestinya. Semenjak itulah persahabatan mereka terganggu sampai saat setelah luluspun Gusti tidak pernah lagi menghubungi Shinta. Shinta merasa kehilangan sekali, merasa bersalah, karena dia tidak bisa melihat senyum Gusti yang membuat hidup Shinta berbeda. Dia ingin melihat senyum Gusti lagi dan sekarang.... dia melihat senyum yang sudah sekian lama ingin dilihatnya.



“Hei ngelamun aja, Masih jadi konsultan? Hebat kamu”.



“Tau darimana kamu Gus? Padahal aku sama sekali tidak tahu kamu dimana... kamu sombong, ga pernah ngabarin aku, hilang begitu saja, ga ada orang yang tau kamu itu ada dimana.”



“Tenang mam, aku tuh sengaja menghilang, habis aku takut ketemu kamu, aku masih belum menjadi siapa-siapa.”



“Kamu tuh bisa aja...terus sekarang udah jadi siapa?"



“Aku ngikutin jejak kamu, jadi konsultan tapi aku konsultan bidang hukum, yaaa sekarang lumayan lah sudah ada klien.



“Ngomong2 kamu sudah makan belum?” kita makan bareng aja yuk.


Dan kebetulan memang Shinta lagi laper. Dengan gembira Shinta menyambut ajakan Gusti, “Ok”



Pada saat makan Shinta sempat melirik ke jari tangan kanan Gusti, thanks God… belum ada cincin. Entah mengapa Shinta merasa lega, mungkin karena Shinta merasa masih ada peluang untuk mendapatkan hati Gusti, karena kali ini mereka sudah sama-sama dewasa, dan persahabatan mereka sudah sejak lama selesai.



“Kok ngalamun jeng?” tegur Gusti



“Oh engga..engga, o ya gimana kabar teman2 kita?”



“Oh aku cuma tahu yang dekat dengan aku saja, seperti kamu, Gusti tersenyum manis sekali dan menatap mata Shinta dalam-dalam..."Shinta… aku tau kemana saja kamu pergi" Membuat Shinta jadi tersipu.




“Ga mungkin lah. kamu aja ngilang begitu aja.” jawab Shinta berusaha menutupi kekikukannya.



“Bukan Gusti namanya kalo ga tau caranya untuk cari info, apalagi cari info untuk yang dia sangat pedulikan.”



Shinta jadi tersenyum penuh arti dan menjawab “Iya..iya.. aku percaya.”




Gusti…Gusti… kamu masih sehangat dulu, aku bahagia banget bisa ngeliat senyum kamu lagi. Mungkin Gusti diciptakan untuk menjadi orang yang menyenangkan, bisik Shinta dalam hati.



Pertemuan tidak disangka-sangka itu membuat Shinta berbahagia hari itu dan hari-hari selanjutnya karena perjumpaan itu bukan terakhir kalinya melainkan awal dari pertemuan-pertemuan Shinta dan Gusti selanjutnya.





RSRS





“Hallo Shinta... udah lama ga ketemu niii…mau ketemuan ga? Bisa ga sepulang kantor hari ini? Kamu bisa kan? Terdengar suara memaksa dari seberang sana yang ternyata suara Anggi.



“Apa sih yang aku ga bisa buat kamu Gi.” jawab Shinta



“Kamu itu bisa aja… Ok kalo gitu kita ketemu di tempat biasa ya…”



“Ok.. see you there” jawab Shinta menutup pembicaraan mereka.



Sepulang kantor Anggi dan Shinta bertemu di tempat biasa mereka saling curhat.



“Shinta…kamu sepertinya ceria deh…padahal baru 2 minggu yang lalu kita ketemu tapi sepertinya kok beda gitu loh…”



“Kamu itu bisaaa aja.... Engga kok… aku yaa seperti biasa aja, ga berubah, masih tetep Shinta yang dulu...emang kenapa?”



“Aku jadi curiga, akhir-akhir ini kamu keliatan sibuk banget deh…, setiap aku telepon pulang kantor kamu pasti tergesa-gesa gitu, biasanya kan kita bisa ngobrol lama.. tapi akhir-akhir ini kamu selalu menutup telepon lebih dulu”



“Kamu tu ya… curiga aja bawaannya, akhir-akhir ini aku lagi banyak kerjaan, jadinya sering begitu.”



“Engga.... dikirain kamu dah punya gandengan, bilang-bilang ya kalo udah punya, biar aku juga siap-siap nyari juga he he.”



“Iya.. iya… takut banget sih non, pasti kamu lah yang duluan, kamu itu lebih dari aku Gi, kamu itu lebih cantik, lebih perempuan dan lebih deh daripada aku, tenang aja deh, ntar aku akan buat pengumuman kalo aku dah punya, di koran kompas atau koran lampu merah he he.



“Idih kamu itu ya… aku serius malah ngelucu, ga lucu tau.”



“Gitu aja ngambek, ya sudah… kita mau makan apa sekarang? Kamu pasti belum makan kan?



“Tau aja kamu, ayo buruan, aku dah laper banget neh..”



“Dasar Anggi…ga pernah berubah.”





Selagi menunggu pesenan makan mereka tiba, Shinta jadi berfikir, apa dia lebih baik ceritakan tentang Gusti ke Anggi, tapi takutnya Anggi merasa cemburu karena Shinta akan tidak memperhatikan dia lagi. Shinta pengen cerita bahwa Shinta sebenarnya bukan banyak kerjaan, tapi suka diajak jalan bareng ama Gusti akhir-akhir ini, paling kurang Gusti ngajak Shinta untuk makan malam sepulang kantor. Dan sepertinya Shinta menikmati setiap pertemuan itu dan begitu juga dengan Gusti. Sepertinya Gusti sangat memperhatikan Shinta semenjak bertemu di toko buku itu, setiap pagi selalu bangunin Shinta untuk bangun pagi biar ga telat ke kantor, karena Gusti tau sejak dulu SMA Shinta susah untuk bangun pagi, dan makan siang selalu diingatkan, dan yang lebih Shinta berbunga pada waktu itu Shinta kedatangan delivery yang ternyata Gusti yang mesenin untuk Shinta, betapa perhatiannya Gusti, Shinta jadi tersenyum sendiri mengingat kejadian itu.





“Non…. Kenapa senyum-senyum sendiri?” tanya Anggi mengejutkan Shinta dari lamunannya. “makanannya udah datang non” sambil menunjuk makanan yang sudah terhidang di atas meja



“He he cepet juga ya….” jawab Shinta asal



“Bukan cepet… tapi kamu aja yang ngelamun terus dari tadi, kamu pasti deh lagi jatuh cinta.”



“Kamu itu nuduh aja deh.”



“Hei bukan nuduh non, bayangin aja, kamu itu banyak ngelamun dari tadi, terus tersenyum sendiri dan mata mu itu ga bisa bohong, berbinar-binar kaya berlian tau…. Dan kamu tau…itu artinyaaa… kamu lagi jatuh cinta.”




Dalam diam Shinta befikir..Wah wah salut untuk Anggi, tau aja dia apa yang bergejolak dalam hati ku.




“Wallaaaaah diajak ngomong malah ngelamun lagi, benar-benar dah parah nih jatuh cintanya, udah stadium lanjut nih kayanya.”



“Ok ok aku ngalah sekarang, kamu memang paling jago kalo nebak apa yang dipikirin orang, tapi aku belum mau cerita, karena belum jelas, semuanya masih blur you know….”



“Jadi benar kan apa yang aku katakan barusan.”



Tiba-tiba Anggi diam dan selama makan Anggi jadi jarang ngomong.



“Nah sekarang malah kamu yang balik diam, ada apa non?



“Engga kok, aku jadi ingat Rama, andaikan dia juga bisa menjelaskan apa jenis hubungan kita selama ini, kan aku juga bisa bahagia seperti kamu.”



“Aduh kamu itu, ada-ada aja deh, kok malah langsung mikirin Rama.”



“Ga tau aku langsung ingat aja, tapi aku bahagia kok kamu udah dapat seseorang yang buat kamu bisa bahagia sepeti ini, pasti bahagia sekali.”



“Ok kita ganti topik aja deh, mendingan kita ngobrolin yang lain aja okeh.” Sela Shinta menyudahi biar Anggi ga sedih





RSRSRS





“Halo Gi…. Kayanya rencana nonton kita batal lagi deh minggu depan, karena aku mesti keluar kota, lama juga sih satu minggu, kamu ga pa-pa kan?” Shinta membuka pembicaraan di telepon



“Payah kamu, kemaren karena kamu mau janjian ama seseorang, sekarang kamu keluar kota, payaaaaah.”



“Sori ya sayang… ntar dulu....aku punya usul…”



“Usul apa?”



“Gimana kalau kamu ajak Rama nonton?”



“Gila kali kamu ya…. Tapi boleh juga tuh aku coba, biasanya sih Rama mau aja kalo diajak, tapi untuk nonton aku belum pernah ngajak.” jawab Anggi



“He he gitu dong, aku mendukung dan mendoakan dari jauh, semoga momen besok bisa jadi momen yang kamu tunggu-tunggu.”



“Maksud kamu…”



“Maksud ku… mana tau aja, pada saat itu waktu yang paling tepat untuk bicarakan hubungan kalian, biar jelas, gitu lho non.”



“Ok deh, kamu bisa aja buat aku semangat lagi.”



“Yaaaa Shinta gitu loh.”



“Tapi kamu kapan berangkatnya?”



“Besok non…sekarang aku masih di kantor untuk nyiapain berkas yang akan aku bawa besok.”



“Ok deh… hati-hati.”





Setelah menelpon Anggi, Shinta menelpon Gusti untuk memberitahukan bahwa dia akan berangkat besok dan Gusti belum tau rencananya dia.




“Halo…Gusti…”



“Halo jeng… kok tumben…biasanya aku yang nelpon...ada apa nih?”



“Engga aku mau ngasih tau, aku mesti ke luar kota, mungkin satu minggu.”



“Ada urusan apa? Urusan kantor atau urusan pribadi?”



“Urusan kantor lah, proyek disana ada masalah jadinya harus ada yang selesaikan disana.”



“Oooo begitu… tapi lama banget ya?”



“Cuma satu minggu kok, minggu depan aku juga udah balik.”



“Tapi kamu jangan sibuk-sibuk banget disana, ntar lupa aja makannya”



“Iya, makasih, makanya kamu juga jangan lupa ingatin aku dong.”“



“Tentu aku ga lupa tuan putri” jawab Gusti merayu



“Ok deh… aku mau kerja dulu yaa...”



“Ok… ntar sore sepulang kantor kita ketemuan ya, sekalian makan malam, kamu mau pergi satu minggu kan”

“Ok deh Gusti… sampai nanti yaa...”



RSRSRSRS

Sudah 5 hari aku disini... dan pekerjaanku hampir selesai, dan selama itu pula Gusti selalu mengingatkan untuk makan siang, makan malam, dia tidak berubah, masih seperti Gusti yang dulu, penuh perhatian... pikir Shinta.

Shinta dikejutkan dengan nada sms dari HP nya.

Yang tertampil di layar..Anggi, ada apa ya Anggi sms malam2 begini...

Shinta membaca sms dengan perasaan penasaran, “Shinta… lagi ngapain? Aku lagi sedih nih.”

Shinta jadi bingung, ada apa dengan Anggi, pasti terjadi apa-apa nih, ga biasanya Anggi sms seperti ini. Lebih baik aku telepon aja dia.

“Hallo… Anggi, ada apa Gi, sms kamu bikin aku penasaran aja.”

“Gi…. Kamu kapan balik nya?” tanya Anggi lemes

“Besok lusa, kerjaan disini udah hampir selesai, insyaallah besok udah kelar, ada apa Gi?”

"Engga, ga ada apa-apa kok, kamu cepet balik yaa, nanti aku cerita kalo kamu udah nyampe...aku perlu kamu Shin..."

“Baiklah..tapi kamu baik-baik aja kan?”

“Iya… aku akan baik-baik aja.”

“Ok…jaga dirimu baik-baik ya, besok lusa aku pulang.”

“Ok” jawab Anggi

RSRSRSRSR