Thursday, April 26, 2007

Makhluk (1)


Lelaki muda itu terlihat letih. Kertas dan buku kerja berserakan di atas meja kerjanya. Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Dia masih menekuni pekerjaannya dengan semangat. Tampak jelas bahwa dia berniat akan menyelesaikan pekerjaannya sesegera mungkin.

Suara ketukan di pintu memecah kesunyian malam itu.

“Pak Soni, saya pulang dulu,” suara itu berasal dari seorang laki-laki yang berusia kira-kira 20 tahun.

“Lho… kamu belum pulang Sapto?” jawab laki-laki muda itu kaget karena tiba-tiba Sapto sudah berada tepat didepannya. “Saya kirain kamu sudah pulang dari tadi.”

“Belum Pak. Tadinya sih mau nungguin Bapak, tapi saya lihat Bapak masih lama.”

“Aduh… kamu To, lain kali jangan begitu. Kalau kerjaan kamu sudah selesai, kamu pulang saja. Jangan nungguin saya. Kasihankan istri dan anakmu. Pasti mereka nungguin kamu. Kalau saya sih belum punya siapa-siapa,” jawab Soni tidak enak, karena dia… Sapto tidak pulang.

“Engga Pak, saya tidak merasa keberatan kok. Nanti kalau saya pulang, ga ada yang buatin Bapak teh, kalau Bapak mau teh. Terus kalau Bapak mau makan…ga ada yang belikan,” jawab Sapto tulus.

“Gampang To. Saya kan bisa buat sendiri tehnya, sedangkan untuk makanan, sayakan bisa delivery. Ya udah kalau begitu, sekarang kamu pulang saja. Saya juga mau pulang sebentar lagi,” jawab Soni.

“Baik Pak… kalau begitu saya pulang duluan, hati-hati Bapak disini sendirian.”

“Iya To. Kamu tidak perlu khawatir. Gedung ini kan ada Satpamnya, saya tinggal manggil satpam kalau terjadi apa-apa.”

“Iya Pak. Saya pamit pulang Pak, Assalamualaikum.”

“Waalaikum salam.”

Sapto memang perhatian kepada Soni karena Sapto berhutang budi kepada Soni. Karena jasa Sonilah dia bisa bekerja di perusahaan ini walaupun hanya menjadi office boy.


Sepeninggal Sapto, Soni melihat ke sekeliling. Malam itu sunyi sekali. Soni sudah terbiasa bekerja tanpa suara, katanya sih lebih konsentrasi dan lebih efektif. Apalagi dalam kondisi dikejar date line seperti malam ini. Karena di dalam ruangan itu Soni sendiri, Soni merasa ruangannya menjadi lebih besar daripada biasanya.


Tiba-tiba bulu kuduk nya berdiri. Soni jadi teringat perkataan Sapto tadi “
hati-hati Bapak disini sendirian”. Soni jadi berfikir mengapa Sapto begitu memperingatkan dia, apakah pernah terjadi apa-apa sebelum ini. Memang selama ini Soni belum pernah berada di dalam kantor ini sendiri, sendirian tidak dengan siapa-siapa dan pada malam selarut ini. Segera Soni menggeleng-gelengkan kepalanya agar fikiran aneh itu hilang secepatnya.
“Udah jangan mikir yang macam-macam, padahal Sapto cuma mengatakan hal itu karena dia sangat peduli dengan ku,” kata Soni dalam hati.
“Aku harus mengerjakan tugasku secepatnya.” Kata Soni kepada dirinya dan melanjutkan pekerjaannya.

(bersambung)

3 comments:

NiLA Obsidian said...

waduh.....digantung gini Rin......
ayo lanjutin dong.....jd penasaran)

(btw...baru tau ada blog lain punya mu....ini khusus buat cerpen2 ya?....
asyikkkk.....aku tunggu yg lainnya ya)

Admin said...

nila obisidian:
makasih nila....ok deh, lagi cari ending yang bagus he he he
dimohon kritik dan sarannya lho nil tentang isi dan ceritanya...
makasih jeng...:)
rencananya begitu, untuk cerpen dan juga puisi....:)

Anonymous said...

World Of Warcraft gold for cheap
wow power leveling,
wow gold,
wow gold,
wow power leveling,
wow power leveling,
world of warcraft power leveling,
world of warcraft power leveling
wow power leveling,
cheap wow gold,
cheap wow gold,
buy wow gold,
wow gold,
Cheap WoW Gold,
wow gold,
Cheap WoW Gold,
world of warcraft gold,
wow gold,
world of warcraft gold,
wow gold,
wow gold,
wow gold,
wow gold,
wow gold,
wow gold,
wow gold
buy cheap World Of Warcraft gold r3a6q7my