Friday, June 1, 2007

Poligami ??? (bag.1)













“Mba Tika… ada telpon dari Jakarta. Katanya penting, ” teriak Putra mengagetkan ku dari bacaanku.

“Dari siapa Put?”

“Dari Mas Ari”

”Mas Ari...? ada apa ya...biasanya dia jarang nelpon, saking sibuknya” tanya ku kepada putra sambil menuju telpon.

“Halo...Assalamualaikum Mas”

“Halo…” terdengar suara Mas Ari dari seberang.

“Ada apa ni mas...tumben?” tanyaku

“Tika... kamu harus pulang hari ini juga ke Jakarta. Dengan Mami juga ya.”

“Loh kok ?? emang ada apa Mas, kok serius banget kelihatannya. Baru saja aku menikmati cuti ku. Masih banyak nih target buku yang belum selesai aku baca.”

“Tika... ini amat teramat serius, lebih penting dari semua itu. Kalau kamu sudah sampai di Jakarta baru Mas ceritakan semuanya,” jelas Mas Ari.


Jawaban Mas Ari menyadarkan Aku bahwa ini pasti kejadian yang amat serius, pasti ada persoalan serius yang sedang terjadi di Bandung. Aku jadi ngebayangin yang engga-engga.


“Ceritakan sedikit aja Mas, biar Aku disini ga was-was dan nerangin ke Maminya juga enak, ” pintaku

“Singkatnya begini Tika, Mami perlu ada untuk nenangin Mba Vivi karena Mas Raka mau nikah lagi dan mungkin dalam minggu ini.”


Aku kaget seperti mendengar petir di siang hari bolong yang ga ada hujan dan mendung sedikitpun.


“Astaghfirullah…Mas Ari serius? Kenapa bisa begitu Mas? “

“Ya serius lah Tika, masa Mas main-main dengan masalah yang beginian. Kita di sini juga belum tau apa yang terjadi sebenarnya.

“Terus bagaimana keadaan Mba Vivi sekarang dan anak-anaknya apakah sudah tahu rencana Mas Raka ini?


“Mas Ari belum tau, Makanya Mas Ari nunggu Mami agar Mami bisa bicara dengan Mba Vivi, menanyakan ada apa sebenaranya, karena dari hari semenjak Mas Raka mengatakan keinginannya, Mba Vivi lebih banyak diam, dan kalau ditanya juga tidak menjawab dengan jelas, hanya mengatakan bahwa Mas Raka ingin menikah lagi, anak-anak sedang bersama mas Raka saat ini, hanya itu yang mas tau. Mas dan istri mas bingung harus berbuat apa. Paling kita berdua hanya bisa memberi semangat.”


“Baiklah Mas, nanti Aku sampaikan ke Mami, Mami lagi pergi ke pasar.”

“Kamu siapin aja semuanya, sekarang kamu beres-beres dan nanti setelah Mami datang, kalian tinggal berangkat. Hati-hati nyeritain kejadian ini ke Mami ya... kasihan Mami”

“Iya Mas. Sampaikan ke Mba Vivi, yang sabar dan tabah,” pesan ku.

“Iya. Nanti Mas sampaikan. Hati-hati di jalan ya. Nanti kalau sudah mau berangkat kabarin Mas.”

“Iya Mas.”

***


“Ada apa Mba Tika? Sepertinya ada peristiwa yang serius di Jakarta?”


Aku begitu terkejut atas berita yang baru saja aku dengar dari Mas Ari sehingga tidak menyadari Putra masih berdiri disampingku. Putra adalah anak asuh Mami dan Papi, semenjak Papi meninggal, Putra lah yang mendiami rumah ini, karena Mami lebih banyak menghabiskan waktu di rumah anak-anaknya.


“Begini Putra. Mas Ari memberitahu bahwa Mas Raka suaminya Mba Vivi mau menikah lagi. Mas Ari juga belum tau apa penyebabnya, tapi begitulah adanya. Hari ini juga Mba Tika dan Mami harus balik ke Jakarta,” jelasku kepada Putra.

“Kok bisa begitu ya Mba? Setahu saya perkawinan mereka baik-baik saja.”

“Entahlah… Mbak juga tidak tahu mengapa. O ya Mami kok belum pulang juga ya?”

“Mungkin Mami belanja banyak Mba. Kalau begitu saya jemput aja kali ya mba?”

“Jemput aja deh Put, biar Mba Tika di rumah untuk mempersiapkan semuanya”

“Ok deh Mba, saya pergi dulu jemput Mami.”

“Iya. Hati-hati ya Put.”


Dengan hati yang galau seakan tidak percaya, kok bisa sih Mas Raka punya fikiran seperti itu, sepertinya… ga ada masalah rumah tangga mereka. Mas Raka orangnya tidak macam-macam, cukup setia tapi kenapa bisa begini ya? Mmmh...kehidupan...tidak bisa ditebak…

Sekarang Aku harus beres-beres dan memberitahu Mami apa yang telah terjadi.

***


Mami lagi duduk di sofa istirahat sepulang dari pasar.


“Capek Mi ? Lama banget ke pasarnya?”

“Sedikit. Iya sekalian belanja untuk acara sukuran untuk anak yatim besok”

“O… mmm Mi… Mas Ari tadi nelfon…”

“Ada apa Ari nelfon?”

“Kata Mas Ari kita harus pulang hari ini. Ada kejadian yang serius di Jakarta Mi.”

“Kejadian apa. Serius banget sepertinya?”

“Mas Raka Mi… mmm Mas Raka…” Aku menghela nafas panjang. Aku bingung mau mulai dari mana.

“Kenapa dengan Raka?” tanya Mami mendesak.

“Mas Raka katanya mau nikah lagi dan katanya dalam minggu ini.”

“Apa…? Ada apa dengan Raka, kok jadi gila seperti itu?” Kelihatan sekali Mami terkejut dan tidak mengerti apa yang terjadi.

“Tapi Mami jangan mikir macam-macam dulu ya. Kita harus tahu masalah sebenarnya. Makanya kita harus ke Jakarta hari ini.”

“Ada-ada saja Raka.... Baiklah kita harus berangkat secepatnya ke Jakarta. Kamu sudah beres kan semuanya Tika?”

“Sudah Mi. Semua barang udah dimasukkan kedalam mobil. Kita tinggal berangkat.”

“Ya sudah, kalau begitu kita berangkat sekarang.”

***
Bersambung...